Postingan

Primavera, Vira Talisa

Gambar
Dua atau tiga tahun lalu, saya mendengarnya menyanyikan ulang  “ Kisah dari Selatan Jakarta ” milik White Shoes and the Couples Company, dan karena menyukainya, saya pun cukup antusias ketika Vira Talisa merilis mini albumnya yang bertajuk Vira Talisa EP .  Album itu langsung diganjar sebagai nominasi dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2017 untuk kategori Pendatang Baru Terbaik. Tapi mini album itu nyatanya tidak terlalu berkesan bagi saya. Saya melihat Vira masih bermain di zona nyamannya. Sama sekali tidak ada visi musik yang jelas. Saya sempat kehilangan harapan dengannya pada saat itu, sampai akhirnya Vira merilis Album panjang pertamanya bertajuk Primavera , yang tentu saja sangat jauh melibihi ekspektasi saya tentang gaya bermusiknya. Di album Primavera, saya seperti menemukan kualitas musikalitas Vira Talisa yang sesungguhnya. Jika dibandingan dengan mini album terdahulunya, Primavera jelas jauh lebih semarak. Di album ini, ia banyak bercerita tentang keseharian, se

Bagaimana Dia Melupakanku

AKU sedang bersepeda dan mendengarkan Stranger in the house dari Elvis Costello di dalam ponselku dan ketika berbelok di sebuah perempatan, sebuah truk semen tiba-tiba menabrakku. Aku mati, tentu saja. Erik pernah cerita kepadaku tentang buku yang dia baca, bahwa saat kau mati kau akan melayang-layang di udara. Kupikir Erik cuman tukang kibul, tapi ternyata dia benar, karena aku memang melayang, dan karena itulah aku bisa melihat mayatku tergeletak di tengah jalan. Kepalaku hancur dan semua isinya berserakan di atas aspal. Di pinggir jalan orang-orang sedang berkerumun dan menjadikanku bahan tontonan. Tidak ada yang berani mendekat, kecuali seorang pria gila yang tiba-tiba muncul di antara kerumunan orang-orang itu. Dia berjalan membawa kantung plastik hitam, dan tanpa rasa jijik dia kemudian memungut semua isi kepalaku yang berserakan itu satu persatu, kemudian memasukkannya ke dalam kantung plastik. Dia juga menutupi kepalaku dengan koran bekas, dan tak lama berselang, sebuah ambula

Sebuah Kesalahan

                                                           DIA terlalu banyak minum anggur malam itu dan saat dia sudah mulai mabuk, dia tiba-tiba bercerita tentang masa lalunya, saat dia dan Wati pergi bersama-sama kuliah di kota Jogja. Wati ini adalah sahabat masa kecilnya, yang katanya dulu sering berak di celana waktu masih SD, dan pernah dua kali tidak naik kelas. Mereka berteman baik sejak masih kecil hingga saat ini. Di Jogja, dia dan Wati tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama tiga orang mahasiswa seni yang seluruh tangannya dipenuhi tato. Dia sangat suka dengan pria bertato, dan pada akhirnya salah satu dari mahasiswa seni itu jadi pacarnya.  Dia tidak pernah menyebut nama mahasiswa seni yang jadi pacarnya itu, tapi dia bilang wajahnya penuh dengan jerawat, dan Wati sering memanggilnya si muka jerawat. Setelah berpacaran sebulan, dia mengizinkan si muka jerawat itu menyentuhnya, tapi hanya sebatas ciuman bibir saja, tidak boleh lebih, meskipun